Minggu, 13 Desember 2015

RUNAWAY 2 : RUN AGAIN IN EUROPE (part 3)

 

CAROL VIEWPOINT


Hari itu aku kesal sekali dengan ayah. Untuk kesekian kalinya ayah mencampuri urusan pribadiku. Orang yang akan mengajak ku kencan malam ini ternyata mengenal ayahku dengan baik. Orang itu bahkan berhubungan terlebih dahulu dengan ayahku sebelum mendekati ku. Aku muak selalu diatur ayahku dalam hal apapun. Aku merasa ini sudah melewati batas. Dan karena itulah hari itu aku memutuskan untuk tidak datang ke kampus walaupun aku tahu ayah sedang ada disana. Aku memutuskan untuk berkeliling kota Brusel hari itu. Kota kecil yang membuat ku langsung jatuh cinta ketika pertama kali datang kesini. Kota yang hanya perlu seharian untuk menjelajahi setiap sudutnya. Kota ini begitu sederhana dan nyaman untuk ditinggali. Dan aku mengakhiri perjalanan singkat ini di Gereja Kathedral kebanggaan kota Brussel. Duduk melamun berjam jam di depan gereja lalu kembali pulang ke apartment.

Beberapa hari kemudian aku mendengar kabar bahwa Bara dikeluarkan dari kampus. Aku kaget mendengar kabar tersebut. Aku memang tidak menyukainya, menurut ku dia orang yang menyebalkan. Tapi bukan berarti aku senang mendengar kabar tersebut. Walaupun menyebalkan, Bara sebenarnya mahasiswa yang rajin dan pintar. Nyatanya dia bersekolah disini karena beasiswa. Itu membuat ku kagum padanya. Dia juga selalu baik padaku walaupun aku selalu bersikap sinis padanya. Dia juga selalu membantu teman - temannya bila sedang kesulitan. Siang itu aku melihatnya sedang berjalan lemas menuju pintu kampus. Aku memanggilnya tanpa pikir panjang. Kulihat wajahnya yang begitu kusut dan tanpa harapan. Tidak tega rasanya melihat kondisinya seperti itu. Aku meminta maaf atas sikapku selama ini. Aku bahkan menawarkan pertolongan padanya. Tapi Bara menolaknya. Dia memilih untuk pulang segera ke Indonesia. Dan sejak itu aku tak pernah melihatnya lagi, tidak sampai dengan saat ini ketika aku diculik.

Siang ini setelah urusanku selesai di Grand Place, aku berencana untuk mampir sebentar ke toko langgananku di daerah komunitas muslim. Malam ini aku berencana makan malam bersama ayahku di apartment. Aku ingin memasak makanan spesial buat ayah malam ini. Tapi dalam perjalanan tiba - tiba mobilku disalip oleh mobil Van. Mobil Van itu lalu sengaja berhenti tepat di depan mobilku. Aku sangat kaget waktu itu. Tapi belum selesai aku dikagetkan oleh kejadian tersebut, lalu beberapa orang bertubuh besar menggedor - gedor mobilku dan langsung memecahkan kaca mobilku. Mereka memaksaku keluar dari mobil dan membiusku. Paling tidak itulah yang terakhir aku ingat, karena selanjutnya tahu - tahu aku sudah berada di sebuah ruangan tertutup yang lembab dan gelap. Aku tidak tahu dimana aku sekarang, aku benar- benar ketakutan.

Lalu tiba- tiba aku liat pintu ruangan terbuka. Ada dua orang datang dengan membawa makanan dan minuman untukku. Mereka menyuruhku makan makanan tersebut. Tapi aku menolaknya dengan kasar. Aku langsung bertanya siapa mereka. Tapi mereka malah tertawa, mereka bilang ini semua karena ayahku. Seharusnya ayahku tidak melakukan hal bodoh itu. Ini ganjaran yang pantas dia terima, agar lain kali berpikir dulu sebelum bertindak. Lalu tanpa berpikir panjang aku berlari melewati mereka dan mencoba kabur dari tempat itu. Tapi sayangnya rencanaku gagal karena ternyata sudah ada orang - orang yang berjaga di depan pintu ruangan. Mereka memaksaku kembali ke dalam ruangan dan mengikat kaki, tangan, dan mulutku, takut kalau aku akan kabur lagi. Selanjutnya aku mulai mengerti apa yang terjadi. Ayah pernah bercerita tentang ini. Mereka pasti suruhan pesaing ayahku. Pesaing itu tidak suka dengan kesuksesan ayahku lalu kemudian membalas dendam dengan cara menculikku. Namun ternyata ada kejutan lain hari ini.

Saat tengah malam tiba - tiba ada orang yang membangunkan ku. Ketika membuka mata aku kaget dengan apa yang kulihat. Rasanya tak percaya kalau Bara ada disini. Kukira aku tidak akan pernah melihatnya lagi sejak terakhir kami bertemu di kampus beberapa bulan lalu. Aku langsung memintanya untuk membukakan ikatanku. Aku sangat senang sekarang karena paling tidak aku tidak sendiri lagi. Selanjutnya aku memintanya menceritakan dari mana dia tahu aku sedang diculik. Bara mulai bercerita tentang semuanya. Aku tidak percaya ketika Bara bilang ayahku lah yang membuatnya dikeluarkan dari kampus. Ayah tidak mungkin melakukan hal sehina itu. Aku langsung meminta ponsel Bara untuk menelpon ayah. Ketika ayah mengangkat teleponku, dia malah memanggil nama Bara. Dia tahu kalau ini nomer Bara dan sepertinya tahu kalau Bara akan menelponnya. Dari mana ayah bisa tahu mengenai Bara. Apa yang diceritakan Bara tentang ayahnya adalah benar. Terlalu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam kepalaku saat ini.

Lalu kudengar ayahku kaget ketika mendengar suaraku. Dia langsung meminta maaf kepadaku. Dia berjanji akan menceritakan semuanya bila kami sudah bertemu. Dia memintaku untuk terus bersama Bara dan menuruti semua perintahnya. Lalu dia memintaku menyerahkan ponsel itu kepada Bara. Kulihat Bara beradu argumen dengan ayah ditelepon. Tak lama kemudian teleponnya ditutup. Kemudian Bara menceritakan rencana ayahku dan kami setuju untuk menjalankan rencana itu. Kami menunggu hingga subuh untuk kabur. Dan disinilah kami sekarang, di kereta yang akan membawa kami ke Paris, setelah sebelumnya kami berhasil lepas dari kejaran orang - orang jahat itu. Tapi nyatanya itu tidak berlangsung lama, ternyata mereka masih mengejar kami sampai kereta. Usaha kami mendatangi Luka untuk meminjam bajunya ternyata sia - sia. Mereka tetap bisa melacak dan mengenali kami. Kami mencoba bersembunyi di toilet. Setelah merasa cukup aman, kami mencoba keluar dari toilet. Tapi belum sempat kami melakukan itu, tiba - tiba pintu dibuka oleh seseorang dari luar. Kami sangat kaget ketika tahu siapa orang yang ada dihadapan kami.

Tayo menyapa kami dengan santai. Dia bahkan bisa berbahasa indonesia. Kami bingung dengan kemunculan Tayo saat itu. Apa hubungan Tayo dengan semua situasi yang terjadi sekarang. Yang aku tahu Tayo adalah roomate Luka yang berasal dari Jepang dan kami sempat bertemu dengannya di rumah Luka. Hanya itu. Lalu dia membawa kami ke tempat yang lebih aman untuk menceritakan semuanya. Ternyata Tayo adalah kaki tangan ayahku. Dia memang sudah mengikuti kami sejak dari rumah Luka. Tugasnya memang untuk menjamin kami agar selamat sampai tujuan. Kemudian Tayo mengajak kami turun di stasiun berikutnya, karena merasa transportasi ini sudah tidak aman lagi. Kami melanjutkan perjalanan ke Paris dengan mengendarai mobil. Mobil yang entah dari mana Tayo dapatkan sekarang sudah melaju kencang dikemudikan olehnya. Setelah hampir 2 jam akhirnya kami sampai di Paris. Setelah sebelumnya mobil kami diikuti lagi dan sempat terjadi kejar -  kejaran yang cukup mendebarkan.

Sesampainya di Paris kami langsung menuju stasiun metro. Tapi disana ternyata sudah ada orang - orang yang menunggu untuk menangkap kami. Kami kembali berlari untuk menghindari mereka. Tayo menyuruh kami untuk langsung mencari metro yang akan membawa kami ke tujuan. Tayo mencoba sebisa mungkin menahan orang - orang jahat itu. Dari kejauhan kami melihat Tayo sedang berkelahi melawan orang - orang itu. Ketika metro kami mulai berangkat kami melihat Tayo sudah kewalahan menghadapi mereka dan akhirnya ambruk. Tapi kami tidak bisa berbuat apa - apa karena metro kami sudah mulai berjalan jauh. Dan tiba - tiba ponsel Bara berdering dan tertera nama Luka di layar ponselnya. Ketika diangkat Luka langsung menanyakan keberadaan kami, karena sekarang dia sudah ada di metro yang sama yang kami naiki.


Kok bisa ya Luka AKA Musa tiba2 ada di Paris juga? mau tahu jawabannya, silahkan baca part terakhir ya!!!

Tidak ada komentar: